Ditinjau dari perspektif
Teknik Sipil Struktur,
gempa bumi merupakan fenomena alam yang sangat menarik untuk dibahas. Hal itu disebabkan karena begitu besar korban manusia dan harta benda yang telah terjadi.
Korban manusia akibat gempa Aceh 26 Desember 2004 lebih dari 180 000 orang, akibat gempa Nias 15 Maret 2005 lebih dari 3000 orang sementara korban akibat gempa Yogyakarta 27 Mei 2006 lebih dari 5700 orang, sementara yang baru saja terjadi di Padang Pariaman dikabarkan (Yang baru teridentifikasi) sekitar 1100 orang.
Terlepas dari kejadian gempa adalah hak prerogatif/kehendak Allah SWT, namun korban manusia bukanlah akibat langsung dari kejadian gempa itu sendiri, tetapi lebih banyak akibat dari keruntuhan bangunan buatan manusia, buatan praktisi, buatan civil engineers.
Berikut data Gempa detail yang saya peroleh dari USGS :
/col>/col>
Magnitude
| 7,6
|
Date-Time
| * Wednesday, September 30, 2009 at 10:16:09 UTC
* Wednesday, September 30, 2009 at 05:16:09 PM at epicenter
|
Location
| 0.725°S, 99.856°E
|
Depth
| 81 km (50.3 miles) set by location program
|
Region
| SOUTHERN SUMATRA, INDONESIA
|
Distances
| 60 km (35 miles) WNW of Padang, Sumatra, Indonesia
225 km (140 miles) SW of Pekanbaru, Sumatra, Indonesia
475 km (295 miles) SSW of KUALA LUMPUR, Malaysia
975 km (600 miles) NW of JAKARTA, Java, Indonesia
|
Location Uncertainty
| horizontal +/- 4.2 km (2.6 miles); depth fixed by location program
|
Parameters
| NST=405, Nph=405, Dmin=534.3 km, Rmss=0.92 sec, Gp= 18°,
M-type=teleseismic moment magnitude (Mw), Version=A
|
Sedangkan Laporan dari Lokasi, Setidaknya
1100 orang tewas,
2181 luka-luka dan ribuan masih dalam pencarian. Lebih dari
2.650 bangunan rusak, tanah longsor dan komunikasi terganggu. Gempa juga dirasakan di seluruh
Sumatera dan Jawa, Indonesia, Malaysia, Singapura dan Thailand. Gelombang tsunami juga terjadi tetapi relativ kecil dengan ketinggian dari 27 cm (diukur amplitudo relatif normal permukaan laut).
Sumatera selatan gempa bumi pada September 30, 2009 terjadi sebagai akibat dari dorongan
miring-faulting dekat antarmuka
subduksi pelat batas antara Australia dan lempeng Sunda. Di lokasi gempa bumi ini, Lempeng Australia bergerak ke utara-timur laut terhadap lempeng Sunda dengan kecepatan sekitar
60 mm / yr. Atas dasar kesalahan yang saat ini tersedia mekanisme informasi dan kedalaman gempa
80 km, kemungkinan bahwa gempa ini terjadi dalam subducting Lempeng Australia daripada di piring antarmuka itu sendiri. Akibat gempa bumi itu lebih dalam daripada tusukan khas subduksi gempa bumi yang umumnya terjadi pada kedalaman kurang dari
50 km. Di zona subduksi sekitar daerah langsung dari peristiwa ini tidak menyaksikan megathrust gempa bumi pada masa lalu, pecah terakhir dalam gempa
M 8,5 atau lebih besar pada
1797. Sekitar
350 km ke arah selatan,
250 km bagian dari batas piring tergelincir saat gempa bumi
8,4 Mw pada bulan September 2007, sementara sekitar
300 km ke arah utara, sebuah
350 km bagian menyelinap selama
8,7 Mw gempa bumi pada Maret 2005. Pada awal 2008, batas piring updip gempa saat ini aktif di urutan
5-6 Mw gempa bumi. Tidak jelas bagaimana gempa hari ini berkaitan dengan urutan peristiwa megathrust zona subduksi pada bagian dangkal batas piring.
Untuk bahasan selanjugtnya, mengenai Struktur yang tahan terhadap Gempa dan tanda – tanda alam penyebab dari gempa akan saya ulas pada Teknik Gempa Bagian 2.
(Civil Engineering Community)